Header Ads Widget

SELAMAT DATANG DI WEBSAIT KABAR MERAH PUTIH

Agamawan dan TNI Harus Menjadi Oposisi Terdepan-( Oleh: M Rizal Fadillah. // Pemerhati Politik dan Kebangsaan )


KABARMERAHPUTIH,--TNI dan agamawan memiliki kenyamanan sebagai kekuatan moral untuk menjaga ketenangan rakyat. Meski berbeda fungsi, tapi ada titik temu, yaitu kewajiban menjadi penjaga etika berbangsa dan bernegara. TNI mengawal dengan senjata, agamawan dengan kitab. Satu kalimat penting dan menarik dari bagian pidato Jenderal Purn Gatot Nurmatyo, yaitu “Agamawan dan TNI harus bersatu menjadi lawan terdepan melawan kezaliman”.

Agamawan dan TNI tidak boleh berwatak penjilat pada kekuasaan. Tidak juga netral soal kebenaran dan keadilan. Harus berpihak pada kepentingan negara dan bangsa, berpihak pada penderitaan rakyat yang memang butuh perlindungan dan pembelaan. Peran Agamawan dan TNI penting dalam meluruskan dan melawan kezaliman.

Pidato Kebangsaan Jenderal Purn Gatot Nurmantyo itu disampaikan di Al Jazeera, Cipinang Cempedak, Jakarta, 21 Juni 202 di hadapan ratusan, bahkan ribuan peserta acara yang bertema “Oke Ganti”.

Sebelum Gatot Nurmantyo menyampaikan pidato kebangsaan, maka beberapa tokoh menyampaikan orasi kritisnya. Mereka adalah Prof Dr Anthony Budiawan, Prof Chusnul Mar'iyah, PhD, Prof Dr Nurhayati Ali Assegaf, Dr ihsanuddin Noorsy dan Dr Ubedillah Badrun.

Para tokoh di atas mengkritisi kondisi negeri yang dalam keadaan tidak baik-baik saja, bahkan parah. Kegagalan pertumbuhan ekonomi dan ketegangan sosial yang tinggi; si Kaya foya-foya, si Miskin semakin sulit bernafas. Beban hidup berat karena harga bahan pokok yang semakin tidak terjangkau, pajak bukan semakin ringan, dan reaksi di mana-mana. 

Melawan, korupsi dahsyat, elit dan birokrasi mengeksploitasi, sistem politik semakin oligarki dan menjauhi demokrasi. Demokrasi palsu di bawah bayang-bayang diproses, direkayasa dan penipuan. Pemilu menjadi bahan mainan dengan harga yang berangka-angka. Agama menjadi tertuduh dengan stigmatisasi radikal dan intoleran. Umat ​​beragama, khususnya umat Islam, ditempatkan di pinggiran. Liberalisasi dan sekularisasi.

Gatot Nurmantyo mengingatkan, khususnya kepada TNI, agar lebih memperkokoh kemanunggalannya dengan rakyat. Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional, maka TNI tidak hanya bertugas menjaga kedaulatan negara, tetapi juga ikut berjuang untuk menegakkan pejuang rakyat. Menjaga kemerdekaan rakyat untuk berpendapat, berserikat, berusaha dan jaminan kenyamanan di depan hukum.

Mantan Panglima TNI memahami akan kondisi TNI yang kini dalam keadaan “serba salah” antara keterikatan pelaksanaan komando struktural dengan perasaan rakyat Indonesia yang semakin gelisah. Terzalimi oleh perilaku kekuasaan oligarki. Akan tetapi menurutnya, jika penguasa semakin menindas dan mengintimidasi, maka hal itu sama saja dengan menggali kuburannya sendiri. Akan ditumbangkan oleh rakyat yang mendukung TNI. 

Meskipun Pidato Kebangsaan Gatot Nurmantyo lebih bersifat normatif, namun perasaan peserta atau undangan nampaknya telah memuncak membaca keadaan negeri ini yang semakin karut marut, sehingga setelah acara berakhir terdengar gema suara spontanitas: “revolusi…revolusi…revolusi ( Red,- Kaboa )

Posting Komentar

0 Komentar