Yeane Marita Sunatra
KABARMERAHPUTIH,--Kata
qurban itu berasal dari bahasa Arab qaraba-yuqaribu-qurbanan-qaribun, yang
artinya dekat. Dengan begitu, sahabat karib berarti teman dekat. Makna kurban
dalam istilah di sini berarti kita berusaha menyingkirkan hal-hal yang dapat
menghalangi upaya mendekatkan diri kita pada Allah SWT. Penghalang mendekatkan
itu adalah berhala dalam berbagai bentuknya, seperti ego, nafsu, cinta
kekuasaan, cinta harta-benda dan lain-lainnya secara berlebihan.
Dalam konteks
Idhul Adha, pesan mendasar dalam perintah tersebut adalah agar manusia tidak
sesat dalam menjalani hidup. Untuk itu, harus selalu menjalin kedekatan dengan
Allah SWT. dan merasakan kebersamaan dengan-Nya setiap saat. Karena manusia
mudah sekali teperdaya oleh kenikmatan sesaat yang dijumpai dalam perjalanan
hidupnya, maka Allah memberikan metode dan bimbingan untuk selalu melihat
kompas kehidupan berupa salat dan zikir agar kapal kehidupan tidak salah arah.
Ada dua peristiwa penting yang secara serempak
dilakukan umat Islam di dunia bertepatan dengan Hari Raya Idul qurban. Pertama, pelaksanaan ibadah haji di
Makkatul Mukarramah yang tengah dilakukan saudara-saudara kita. Kedua, ibadah kurban
yang insya Allah kita pun ikut melaksanakannya. kurban bermakna melakukan
sembelihan hewan kurban yang dilakukan pada momen Idul qurban. Baik hari nahr
tanggal 10 Zulhijah ataupun hari tasyrik tanggal 11-13 Zulhijah.
Ibadah kurban yang dilakukan dengan cara
menyembelih hewan kurban pada hakikatnya adalah bentuk ekspresi keimanan dan
ketakwaan atas perintah Allah SWT. Pengamalan kurban ini bersifat ta’abbudi dan
harus sesuai dengan petunjuk Allah dan rasul-Nya. Memang secara fisik yang
disembelih adalah hewan kurbannya, tetapi hakikat yang sampai pada-Nya adalah
bentuk ketakwaan. Hikmah yang kedua
adalah rasa syukur nikmat kepada Allah SWT. Ibadah kurban yang dilakukan kaum
muslimin pada hakikatnya adalah bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah Allah
SWT berikan. Mengapa demikian? Allah SWT telah menginstruksikan kepada manusia
khususnya orang Islam untuk mengungkapkan rasa syukur nikmatnya dengan istilah
Tahadduts bin ni’mah. Hikmah yang ketiga
adalah kurban sebagai ungkapan simpati/empati dengan sesama manusia. Ibadah
kurban yang dilakukan kaum muslimin mempunyai dua dimensi pokok, yaitu dimensi
vertikal atau hubungan dengan Allah SWT sebagai landasan iman dan takwa, serta
dimensi horizontal atau hubungan dengan sesama manusia sebagai bentuk nyata
hubungan sosialnya.
Sebagaimana
sejarah Nabi Ibrahim AS. yang sangat mencintai anaknya, Nabi Ismail AS. hingga
Allah SWT menguji Nabi Ibrahim AS. Terhadap kecintaannya untuk di-qurban-kan
sebagai wujud ketaatan pada perintah Allah SWT.
Setiap
sesuatu yang dicitai manusia, dan kecintaannya kepadasesuatu itu dapat
membelenggu manusia untuk bertakwa kepada Allah SWT.
Jadi, jika
‘Ismail’-nya Nabi Ibrahim Asadalah anak kandungnya sendiri, ‘Ismail-ismail’
kita saat ini bisa berwujud jabatan, kedudukan, harta benda, harga diri, maupun
profesi, termasuk di dalamnya mental korupsi, kolusi dan nepotisme serta
serakah yang menguasai manusia!
Apa yang
menjadi kiasan sebagai ‘Ismail’ sesungguhnya adalah tiap sesuatu yang membuat
manusia hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, dan tiap sesuatu yang dapat
membutakan mata hati dan menulikan telinga manusia dari hidayah Allah SWT.
Kiranya apa
dan siapa pun ‘Ismail-Ismail’ itu maka harus diqurbankan di bumi yang fana ini,
sebagai bukti keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Inilah sejatinya
makna terpenting ‘Idul Qurban, yakni tumbuhnya sikap kesediaan berqurban dalam
kontek sosial yang lebih luas. Yakni kapan dan di mana pun kita berada rela
memberikan pengorbanan yang tulus demi kemaslahatan ummah.
Presiden RI.
Pertama, Ir. Soekarno pernah mengutip pemikiran Tuan Oliver Lodge yang
menyatakan , “there is no life without sacrifice and no sacrifice is wasted”,
yang secara bebas dapat diartikan bahwa
“tidak ada hidup tanpa pengorbanan dan tidak ada korban (dalam kontek Islam:
menyembelih hewan qurban) yang hilang terbuang. Dengan demikian, kita bisa
mengatakan bahwa berqurban merupakan inti dari kehidupan.
Dengan
demikian, ibadah qurban adalah semangat pembebasan manusia dari sifat-sifat
yang melekat sebagai potensi anti sosial. Sifat anti sosial yang paling
berbahaya dan dapat menghancurkan
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah nafsu serakah, yang
melahirkan prilaku korup.
Semangat Idul
Qurban sejatinya sangat relevan dengan upaya bangsa kita untuk memerangi tindak
pidana korupsi yang kini makin menggurita dan melanda semua sendi kehidupan,
baik yang ada di kota maupun yang ada di desa. Pada saat upaya pemberantasan
korupsi yang dimotori oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapat
ujian dan hanbatan sangat-sangat berat,
maka semangat Idul Qurban dapat dijadikan spirirt untuk makin memperkuat upaya
pemeberantasan korupsi.
Karena jika
para pelaku qurban dan umat Islam yang merayakan Hari Haya Idul Qurban
benar-benar menghayati makna ibadah Qurban pasti mereka akan terhindar dari
perbuatan korup,bahkan sebaliknya lebih tebal memiliki semangat untuk
secara bersama-sama melawan korupsi. Amin. ( Red,- Zaky Aly )
0 Komentar